Kamis, 10 Oktober 2013

Khutbah Sholat Jumat

Khutbah Jumat :
Membentuk Anak Yang Sholeh
                       
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh
Sebagaimana kita tahu, bahwa beberapa saat lagi, dalam kalender pendidikan yang diterbitkan pemerintah, anak-anak kita akan memasuki tahun ajaran baru. Kita sebagai orang tua, harus sudah mulai berfikir, agar anak-anak kita memperoleh pendidikan yang terbaik, yang mampu memberi bekal bagi tumbuh-kembang anak, sehingga kelak mereka memiliki kesiapan untuk menghadapi segala tantangan zaman yang  akan dihadapinya, karena mereka akan hidup dan berkembang ditengah zaman yang penuh tantangan, zaman yang jauh berbeda dengan masa kehidupan kita.
Sebagai orang tua, kita tidak boleh merasa acuh terhadap perkembangan anak. Kita tidak boleh bersikap masa bodoh di dalam memandang masa depan generasi kita, tetapi, kita harus senantiasa perduli dan diliputi perasaan khawatir, jika anak cucu kita, generasi kita kelak, menjadi generasi yang lemah, generasi yang tidak bisa menaklukkan tantangan zaman, generasi yang menjadi beban bagi lingkungannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah
Swt. yang  artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS an-Nisa`: 9)
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh
Bagi orang tua, anak adalah permata dambaan hati, yang selalu menghadirkan keindahan di sanubari. Anak adalah tunas tumpuan masa depan, yang diharapkan tumbuh dan berkembang, menjadi penyejuk pandang bagi orang tua, menjadi penerus atas cita-cita orang tua.  Anak, adalah amanah dari Allah subhanahu wata’ala yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya, karena kalau kita tidak menjaga amanah itu, maka sama artinya dengan kita berkhianat kepada Allah SWT.
Untuk itu, perlu dilakukan upaya sungguh-sungguh, agar amanah yang kita terima itu dapat kita jaga, kita rawat, dan kita pelihara sebaik-baiknya. Bagaimana cara kita merawat agar amanah tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai harapan..? Paling tidak, adalimahal yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya, dalam rangka membentuk anak solih, sebagaimana sabda Rasulullah Shollalloohu ‘alaihi wasallam:
حَقَّ الْوَلَدِ عَلَى وَالِدِهِ اَنْ يُحْسِنَ اِسْمَهُ وَاَدَبَهُ وَاَنْ يُعَلِّمَهُ الْكَتَابَةَ وَالسَبَاحَةَ وَالرَّمَايَةَ وَاَنْ لاَ يُرْزِقَهُ اِلاَّ طَيِّبَات وِاَنْ يُزَوِّجَهُ اِذَا اَدْرَكَ (رواه الحاكم)
Artinya: Kewajiban seorang ayah terhadap anaknya, (antara lain): hendaklah ia memberi nama yang baik; mendidiknya dengan baik; mengajarkan menulis, berenang
dan memanah tidakmemberinya nafkah kecuali dengan rizqi yang halal; dan menikahkan jika usianya telah cukup. (HR. Hakim).
Hal itu menunjukan bahwa pembentukan anak solih tidak bisa dilakukan dengan seketika, bim salabim, tetapi harus melalui proses panjang, sejak anak lahir, sampai dengan mencapai usia dewasa. Pembentukan anak solih dimulai dengan pemberian nama yang baik. Nama yang baik adalah nama yang mengandung pujian kebesaran Allah, nama yang mengandung kebaikan, sehingga menjadi do’a bagi anak.
Dengan demikian, anak akan merasa bangga menyandang nama yang dimilikinya. Nama yang baik, secara tidak langsung akan merangsang rasa percaya diri bagi si anak, dan nama yang baik, akan menjadikan anak kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan do’a dan kebaikan. Dari sinilah jiwa anak dibangun.
Memberi nama yang baik saja tidak cukup. Harus dilanjutkan dengan kewajiban kedua, yakni memberi pendidikan yang baik.Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang penuh dengan suasana kebaikan, kebenaran, kejujuran dan penuh nilai-nilai keIslaman. Anak kita, lahir dalam kondisi yang fitrah, kondisi suci, bersih tanpa noda, kemudian orang tuanyalah yang mewarnainya, membentuk menjadi apa saja.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.(رواه البخاري).
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang suci (fitrah), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)
Hadits ini menegaskan bahwa orang tua merupakan faktor dominan yang akan membentuk karakter seorang anak. Orang tua harus dapat memanfaatkan saat-saat awal anak kita mengalami pertumbuhannya dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kita akan kecintaan terhadap agamanya, cinta terhadap Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkung-an yang berbeda, anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.
Agar dapat memudahkan jalan bagi pembentukan kepribadian bagi anak yang shalih, maka keteladanan orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan.Maka, orang tua yang bijak, dalam berinteraksi dengan anak harus memperlihatkan sikap yang baik, yaitu sikap yang sesuai dengan kepribadian yang shalih, sehingga anak dapat dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat orang tuanya.

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh
Kata  فَأَبَوَاه dalam hadits tersebut, bisa secara leterlek, apa adanya, dimaknai sebagai orang tua dalam arti biologis, tetapi bisa saja dimaknai secara lebih luas sebagai lingkungan. Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang itulah yang akan membentuk jiwa dan mentalitas seorang anak. Akan menjadi apa kelak, tergantung pada lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang. Lingkungan dalam hal ini

meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat secara luas.
Lingkungan keluarga, adalah lingkungan paling awal yang dikenal anak pada masa tumbuh kembang. Lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, disiplin, religius, penuh kebaikan dan kejujuran, akan membentuk mentalitas anak menjadi baik, dan sebaliknya, lingkungan keluarga yang tidak teratur, carut marut, tanpa kasih sayang, dan jauh dari nilai-nilai agama, secara tidak langsung juga turut membentuk pribadi anak untuk menjadi tidak baik.
Maka, dalam lingkungan terdekat inilah, lingkungan keluarga, hendaknya secara optimal diupayakan suasana yang baik, harmonis, penuh kasih sayang, serta dipenuhi keteladanan kebajikan dan kejujuran, sehingga akan meresap dalam sanubari anak, untuk membentuk prilaku yang baik di masa mendatang.
Selanjutnya, lingkungan yang sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak kita adalah lingkungan sekolah. Sekolah merupakan tempat untuk mengasah kemampuan baca-tulis, berhitung, bermain logika, dan merupakan tempat dimana anak berkumpul, bergaul dan berasosiasi dengan teman sebaya.
Untuk memastikan agar anak-anak kita mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekolah, agar kian tebal nilai-nilai kebaikan yang merasuk dalam jiwa anak kita, agar akidah anak kita tidak dikotori oleh paham yang berbeda dengan keyakinan yang dianut kita, maka harus dicarikan lembaga  pendidikan yang sejalan,

senafas dengan aliran ahlussunnah wal jama’ah, sehingga kelak kita tidak kehilangan generasi penerus.
Banyak contoh, dimana hubungan anak dan orang tua tidak lagi harmonis, karena anaknya terpengaruh paham dan akidah yang berbeda dengan orang tuanya, sehingga orang tuanya tidak diakui lagi, bahkan dianggap kafir.Na’udzubillah summa na’udzubillah.
Maka, demi menyelamatkan generasi penerus kita, demi menjaga agama kita, demi menjaga aqidah kita, demi menjaga keberlangsungan paham ahlussunnah wal jama’ah, jangan pernah ragu, mari kita masukkan anak-anak kita di sekolah dan madrasah yang senafas dengan kita. Jangan merasa malu menyekolahkan anak di madrasah.
Jangan merasa minder memasukkan anak di madrasah, karena sesuai Undang-Undang Republik Indoneesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional, kedudukan madrasah dan sekolah adalah setara, sejajar, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Upaya menyelamatkan generasi penerus kita dari keterbelakangan, kebodohan dan ketertinggal-an, menjaga agama, menjaga aqidah, menjaga keberlangsungan paham ahlussunnah wal jama’ah melalui sekolah dan madrasah kita, adalah jihadul akbar, perjuangan besar yang harus senantiasa kita gelorakan. Kalau bukan kita yang menjaganya, lantas siapa lagi..?
Demi pembentukan anak soleh, mari kita mulai dari lingkup terkecil, di lingkungan keluarga, kemudian dengan pembentukan karakter di lingkungan sekolah, dan
penciptaan suasana yangkondusif di lingkungan masyarakat dalam arti luas, yang mendukung terbentuknya pribadi anak yang solih.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh
Bekal pendidikan yang baik di sekolah, harus diikuti dengan penguasaan pengetahuan (baca tulis), dan ketrampilan oleh fisik (memanah, berenang) yang memungkinkan tubuh anak-anak kita menjadi kuat, sehat dan tahan terhadap terpaan.
Kemudian, segala makanan yang kita berikan kepada anak kita, haruslah makanan yang baik, makanan yang halal, karena makanan yang masuk ke dalam anak kita, akan diolah menjadi energi. Kalau yang dimakan adalah sesuatu yang baik dan halal, maka akan menjadi energi positif yang memancar dalam keseharian, dan sebaliknya, jika yang kita berikan kepada anak-anak kita adalah sesuatu yang tidak baik, maka akan meresap kedalam darah, mengalir ke seluruh tubuh, menjadi energi negatif, yang akan sangat mungkin berpengaruh negatif pada jiwa anak tersebut. Dan Kewajiban orang tua yang terahir adalah menikahkan anak kita jika sudah cukup umur.




Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh                   
Pada akhir khutbah ini, saya mengajak kepada hadirin semua, marilah kita bersama-sama meningkatkan kepedulian kita terhadap kelangsungan generasi kita. Semoga dengan kepedulian kita itulah, Allah Subhannahu wa Ta’ala akan senantiasa memberi kekuatan kepada kita semua agar anak-anak kita menjadi anak yang solih, menjadi generasi penyejuk pandang dan pionir bagi orang-orang yang bertaqwa. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ.وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمِا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ







                                            




          






Tidak ada komentar:

Posting Komentar