Khutbah Jumat :
Membentuk Anak Yang Sholeh
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh
Sebagaimana
kita tahu, bahwa beberapa saat lagi, dalam kalender pendidikan yang diterbitkan
pemerintah, anak-anak kita akan memasuki tahun ajaran baru. Kita sebagai orang
tua, harus sudah mulai berfikir, agar anak-anak kita memperoleh pendidikan yang
terbaik, yang mampu memberi bekal bagi tumbuh-kembang anak, sehingga kelak
mereka memiliki kesiapan untuk menghadapi segala tantangan zaman yang
akan dihadapinya, karena mereka akan hidup dan berkembang ditengah zaman yang
penuh tantangan, zaman yang jauh berbeda dengan masa kehidupan kita.
Sebagai
orang tua, kita tidak boleh merasa acuh terhadap perkembangan anak. Kita tidak
boleh bersikap masa bodoh di dalam memandang masa depan generasi kita, tetapi,
kita harus senantiasa perduli dan diliputi perasaan khawatir, jika anak cucu
kita, generasi kita kelak, menjadi generasi yang lemah, generasi yang tidak
bisa menaklukkan tantangan zaman, generasi yang menjadi beban bagi
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah
Swt.
yang artinya: “Dan hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.” (QS an-Nisa`: 9)
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh
Bagi
orang tua, anak adalah permata dambaan hati, yang selalu menghadirkan keindahan
di sanubari. Anak adalah tunas tumpuan masa depan, yang diharapkan tumbuh dan
berkembang, menjadi penyejuk pandang bagi orang tua, menjadi penerus atas
cita-cita orang tua. Anak, adalah amanah dari Allah subhanahu wata’ala
yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya, karena kalau kita tidak menjaga
amanah itu, maka sama artinya dengan kita berkhianat kepada Allah SWT.
Untuk
itu, perlu dilakukan upaya sungguh-sungguh, agar amanah yang kita terima itu
dapat kita jaga, kita rawat, dan kita pelihara sebaik-baiknya. Bagaimana cara
kita merawat agar amanah tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai harapan..?
Paling tidak, adalimahal yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya, dalam
rangka membentuk anak solih, sebagaimana sabda Rasulullah Shollalloohu ‘alaihi
wasallam:
حَقَّ
الْوَلَدِ عَلَى وَالِدِهِ اَنْ يُحْسِنَ اِسْمَهُ وَاَدَبَهُ وَاَنْ يُعَلِّمَهُ
الْكَتَابَةَ وَالسَبَاحَةَ وَالرَّمَايَةَ وَاَنْ لاَ يُرْزِقَهُ اِلاَّ
طَيِّبَات وِاَنْ يُزَوِّجَهُ اِذَا اَدْرَكَ (رواه الحاكم)
Artinya:
Kewajiban seorang ayah terhadap
anaknya, (antara lain): hendaklah ia memberi nama yang baik; mendidiknya dengan
baik; mengajarkan menulis, berenang
dan memanah tidakmemberinya nafkah kecuali dengan rizqi yang halal; dan
menikahkan jika usianya telah cukup. (HR. Hakim).
Hal
itu menunjukan bahwa pembentukan anak solih tidak bisa dilakukan dengan
seketika, bim salabim, tetapi harus melalui proses panjang, sejak anak lahir,
sampai dengan mencapai usia dewasa. Pembentukan anak solih dimulai dengan pemberian
nama yang baik. Nama yang baik adalah nama yang mengandung pujian kebesaran
Allah, nama yang mengandung kebaikan, sehingga menjadi do’a bagi anak.
Dengan
demikian, anak akan merasa bangga menyandang nama yang dimilikinya. Nama yang
baik, secara tidak langsung akan merangsang rasa percaya diri bagi si anak, dan
nama yang baik, akan menjadikan anak kita hidup dalam lingkungan yang penuh
dengan do’a dan kebaikan. Dari sinilah jiwa anak dibangun.
Memberi
nama yang baik saja tidak cukup. Harus dilanjutkan dengan kewajiban kedua,
yakni memberi pendidikan yang baik.Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
penuh dengan suasana kebaikan, kebenaran, kejujuran dan penuh nilai-nilai
keIslaman. Anak kita, lahir dalam kondisi yang fitrah, kondisi suci, bersih
tanpa noda, kemudian orang tuanyalah yang mewarnainya, membentuk menjadi apa
saja.
Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
كُلُّ
مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.(رواه البخاري).
Artinya:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
yang suci (fitrah), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi,
Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)
Hadits
ini menegaskan bahwa orang tua merupakan faktor dominan yang akan membentuk
karakter seorang anak. Orang tua harus dapat memanfaatkan saat-saat awal anak
kita mengalami pertumbuhannya dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kita akan
kecintaan terhadap agamanya, cinta terhadap Allah Subhannahu wa Ta’ala dan
Rasul-Nya, sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkung-an yang
berbeda, anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap
pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.
Agar
dapat memudahkan jalan bagi pembentukan kepribadian bagi anak yang shalih, maka
keteladanan orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan.Maka, orang tua
yang bijak, dalam berinteraksi dengan anak harus memperlihatkan sikap yang
baik, yaitu sikap yang sesuai dengan kepribadian yang shalih, sehingga anak
dapat dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat orang tuanya.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh
Kata
فَأَبَوَاه dalam hadits
tersebut, bisa secara leterlek, apa adanya, dimaknai sebagai orang tua dalam
arti biologis, tetapi bisa saja dimaknai secara lebih luas sebagai lingkungan.
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang itulah yang akan membentuk jiwa
dan mentalitas seorang anak. Akan menjadi apa kelak, tergantung pada lingkungan
tempat anak tumbuh dan berkembang. Lingkungan dalam hal ini
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat
secara luas.
Lingkungan
keluarga, adalah lingkungan paling awal yang dikenal anak pada masa tumbuh
kembang. Lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, disiplin, religius, penuh
kebaikan dan kejujuran, akan membentuk mentalitas anak menjadi baik, dan
sebaliknya, lingkungan keluarga yang tidak teratur, carut marut, tanpa kasih
sayang, dan jauh dari nilai-nilai agama, secara tidak langsung juga turut
membentuk pribadi anak untuk menjadi tidak baik.
Maka,
dalam lingkungan terdekat inilah, lingkungan keluarga, hendaknya secara optimal
diupayakan suasana yang baik, harmonis, penuh kasih sayang, serta dipenuhi
keteladanan kebajikan dan kejujuran, sehingga akan meresap dalam sanubari anak,
untuk membentuk prilaku yang baik di masa mendatang.
Selanjutnya,
lingkungan yang sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak kita adalah
lingkungan sekolah. Sekolah merupakan tempat untuk mengasah kemampuan
baca-tulis, berhitung, bermain logika, dan merupakan tempat dimana anak
berkumpul, bergaul dan berasosiasi dengan teman sebaya.
Untuk
memastikan agar anak-anak kita mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungan
sekolah, agar kian tebal nilai-nilai kebaikan yang merasuk dalam jiwa anak
kita, agar akidah anak kita tidak dikotori oleh paham yang berbeda dengan
keyakinan yang dianut kita, maka harus dicarikan lembaga pendidikan yang
sejalan,
senafas
dengan aliran ahlussunnah wal jama’ah, sehingga kelak kita tidak kehilangan
generasi penerus.
Banyak
contoh, dimana hubungan anak dan orang tua tidak lagi harmonis, karena anaknya
terpengaruh paham dan akidah yang berbeda dengan orang tuanya, sehingga orang
tuanya tidak diakui lagi, bahkan dianggap kafir.Na’udzubillah summa
na’udzubillah.
Maka,
demi menyelamatkan generasi penerus kita, demi menjaga agama kita, demi menjaga
aqidah kita, demi menjaga keberlangsungan paham ahlussunnah wal jama’ah, jangan
pernah ragu, mari kita masukkan anak-anak kita di sekolah dan madrasah yang
senafas dengan kita. Jangan merasa malu menyekolahkan anak di madrasah.
Jangan
merasa minder memasukkan anak di madrasah, karena sesuai Undang-Undang Republik
Indoneesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional, kedudukan
madrasah dan sekolah adalah setara, sejajar, berdiri sama tinggi, duduk sama
rendah. Upaya menyelamatkan generasi penerus kita dari keterbelakangan,
kebodohan dan ketertinggal-an, menjaga agama, menjaga aqidah, menjaga
keberlangsungan paham ahlussunnah wal jama’ah melalui sekolah dan madrasah
kita, adalah jihadul akbar, perjuangan besar yang harus senantiasa kita
gelorakan. Kalau bukan kita yang menjaganya, lantas siapa lagi..?
Demi
pembentukan anak soleh, mari kita mulai dari lingkup terkecil, di lingkungan
keluarga, kemudian dengan pembentukan karakter di lingkungan sekolah, dan
penciptaan suasana yangkondusif di lingkungan masyarakat dalam arti luas, yang
mendukung terbentuknya pribadi anak yang solih.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh
Bekal
pendidikan yang baik di sekolah, harus diikuti dengan penguasaan pengetahuan
(baca tulis), dan ketrampilan oleh fisik (memanah, berenang) yang memungkinkan
tubuh anak-anak kita menjadi kuat, sehat dan tahan terhadap terpaan.
Kemudian,
segala makanan yang kita berikan kepada anak kita, haruslah makanan yang baik,
makanan yang halal, karena makanan yang masuk ke dalam anak kita, akan diolah
menjadi energi. Kalau yang dimakan adalah sesuatu yang baik dan halal, maka
akan menjadi energi positif yang memancar dalam keseharian, dan sebaliknya,
jika yang kita berikan kepada anak-anak kita adalah sesuatu yang tidak baik,
maka akan meresap kedalam darah, mengalir ke seluruh tubuh, menjadi energi
negatif, yang akan sangat mungkin berpengaruh negatif pada jiwa anak tersebut.
Dan Kewajiban orang tua yang terahir adalah menikahkan anak kita jika sudah
cukup umur.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rokhmakumulloh
Pada
akhir khutbah ini, saya mengajak kepada hadirin semua, marilah kita
bersama-sama meningkatkan kepedulian kita terhadap kelangsungan generasi kita.
Semoga dengan kepedulian kita itulah, Allah Subhannahu wa Ta’ala akan
senantiasa memberi kekuatan kepada kita semua agar anak-anak kita menjadi anak
yang solih, menjadi generasi penyejuk pandang dan pionir bagi orang-orang yang
bertaqwa. Amin.
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ.وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمِا
فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا
وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ